DFD
Data Flow Diagram (DFD) adalah alat visual untuk memodelkan aliran data di dalam suatu sistem—bagaimana data masuk, diproses, disimpan, dan keluar. Berikut penjelasan elemen-elemen dan level-level DFD, serta tips agar tidak bingung saat menggunakan Visual Paradigm:
1. Elemen-elemen Dasar DFD
External Entity (Sumber/Tujuan Data)
– Bentuk: kotak persegi
– Menunjukkan aktor di luar sistem: pengguna, lembaga, sistem lain
– Contoh: “Pelanggan”, “Bank”, “Sistem Pembayaran”-
Process (Proses)
– Bentuk: lingkaran atau persegi berbibir melengkung
– Menggambarkan transformasi data (input → output)
– Beri nomor dan nama jelas, misalnya1.0 Proses Pemesanan
-
Data Store (Tempat Penyimpanan Data)
– Bentuk: dua garis sejajar (atau persegi terbuka di Visual Paradigm)
– Menunjukkan basis data atau file
– Contoh:D1: Data Pelanggan
,D2: Data Produk
-
Data Flow (Aliran Data)
– Bentuk: panah berarah
– Menunjukkan perpindahan data antar-elemen
– Label panah harus jelas, misal “Informasi Pesanan”, “Struk Pembayaran”
2. Level-Level DFD
-
Context Diagram (Level 0)
– Hanya satu proses utama (digambarkan sebagai lingkaran tunggal)
– Menunjukkan boundary sistem: semua external entity dan alirannya ke/dari sistem
– Memberi gambaran umum tanpa rincian[Pelanggan] → (Sistem Pemesanan) → [Penyedia Logistik]
-
DFD Level 1
– Memecah proses utama menjadi beberapa sub-proses (biasanya 3–7)
– Menampilkan data store dan aliran data internal
– Contohnya, “1.0 Terima Pesanan”, “2.0 Verifikasi Pembayaran”, “3.0 Persiapan Pengiriman” -
DFD Level 2 (dan seterusnya)
– Jika sub-proses di Level 1 masih kompleks, Anda bisa memecahnya lebih lanjut
– Prinsipnya sama: tiap level memecah satu proses menjadi detail lebih rinci
3. Tips Menggunakan Visual Paradigm
-
Gunakan Notasi Baku
– Pilih “Yourdon & Coad” atau “Gane & Sarson” sesuai kebutuhan, tapi konsisten
– Visual Paradigm menyediakan palette elemen; pakai stensil (stencil) yang sesuai -
Penomoran Proses
– Di Context: proses 0
– Level 1: 1.0, 2.0, …
– Level 2: 1.1, 1.2, … untuk pecahan proses 1.0 -
Penamaan yang Jelas
– Nama proses: kata kerja + objek (“Proses Pembayaran”, bukan hanya “Pembayaran”)
– Nama data flow: substansial, misal “Data Faktur”, jangan cuma “Data” -
Hubungan Antar Level
– Pastikan semua input/output di Level 1 sesuai dengan aliran di Context
– Setiap data store yang muncul di satu level harus muncul juga (atau dijelaskan) di level lain -
Verifikasi Konsistensi
– Data flow yang masuk suatu proses harus ditangani (tidak hilang)
– Data store tidak boleh tanpa aliran data masuk atau keluar
– Tidak ada aliran langsung antar external entity tanpa melewati proses
4. Contoh Sederhana
Context Diagram
[Pelanggan] ── “Pesanan” ─▶ (0.0 Sistem Order) ── “Konfirmasi” ─▶ [Pelanggan]
Level 1
[Pelanggan] ─▶ (1.0 Terima Pesanan) ─▶ D1: Data Pesanan
D1: Data Pesanan ─▶ (2.0 Verifikasi Stok) ─▶ D2: Stok Barang
(2.0) ─▶ (3.0 Proses Pembayaran) ─▶ D3: Data Pembayaran
(3.0) ─▶ [Bank] ─▶ (4.0 Konfirmasi Pembayaran) ─▶ [Pelanggan]
Dengan memahami tiap elemen dan level DFD secara bertahap, serta konsisten mengikuti notasi dan penomoran, Anda akan lebih mudah menggambar diagram yang jelas di Visual Paradigm.
penjelasan :
Perbedaan DFD & UML dan penjelasan mengapa memiliki Lv
DFD dan UML memang sama‐sama alat untuk memodelkan sistem, tetapi fokus dan cara kerjanya berbeda—makanya DFD punya “level” sedangkan UML tidak.
1. Fokus: Data vs. Struktur/Perilaku
-
DFD (Data Flow Diagram)
– Fokus pada aliran data masuk, diproses, disimpan, dan keluar dari sistem.
– Tidak menggambarkan detail struktur data (atribut, tipe) atau urutan aksi, tapi hanya “data apa” bergerak “dari mana ke mana.” -
UML (Unified Modeling Language)
– Kumpulan diagram:-
Class Diagram → struktur kelas, atribut, relasi
-
Use Case Diagram → fungsi/fitur sistem dan aktor
-
Sequence/Activity Diagram → urutan aksi dan interaksi
-
… dan lain-lain
– Tiap diagram UML menekankan sudut pandang yang berbeda (statik vs. dinamik).
-
2. Mengapa DFD Punya Level?
-
Level 0 (Context Diagram)
– Skema awal atau “peta besar” sistem: satu proses tunggal (biasanya diberi label 0) berinteraksi dengan entitas luar.
– Tujuannya: tunjukkan boundary sistem—apa yang masuk dan keluar—tanpa detail internal. -
Level 1
– Pecahan dari proses tunggal di Level 0 menjadi beberapa sub-proses.
– Menambahkan data store dan detail aliran data internal.
– Membantu memahami bagaimana sistem melakukan transformasi data secara garis besar. -
Level 2, 3, …
– Jika sub-proses di Level 1 masih kompleks, Anda bisa uraikan lagi menjadi Level 2, 3, dan seterusnya.
– Prinsipnya: dekomposisi bertahap, dari gambaran umum ke detail spesifik.
Analogi:
Bayangkan Anda punya peta rute perjalanan:
Level 0 seperti peta dunia—hanya garis besar (benua ke benua).
Level 1 seperti peta negara—tampil provinsi dan jalan utama.
Level 2 seperti peta kota—tampil jalan kecil, gang, dan landmark.
Dengan cara ini, Anda bisa memulai dari gambaran besar dulu (Level 0), lalu “zoom in” ke detail yang Anda butuhkan (Level 1, 2, dst.). Ini memudahkan tim untuk fokus pada level detail yang relevan tanpa langsung tenggelam di kompleksitas penuh sistem.
3. Ringkasan Perbedaan dan Fungsi Level
Aspek | DFD | UML |
---|---|---|
Fokus | Aliran data | Struktur dan/atau perilaku |
Notasi utama | Entitas, Proses, Data Store, Data Flow | Berbagai diagram (Class, Use Case, Sequence, dll.) |
Level/detail | Terstruktur: Context → Level 1 → … | Tidak berjenjang, tapi tiap diagram punya tujuan sendiri |
Kegunaan tipikal | Analisis kebutuhan aliran data | Desain detail sistem (kode, interaksi) |
Dengan memahami perbedaan fokus ini—DFD untuk bagaimana data mengalir dan UML untuk struktur atau urutan aksi—serta alasan dekomposi bertingkat pada DFD, semoga sekarang konsep “level” menjadi lebih jelas!
0 komentar:
Posting Komentar